Kamasanpost Headline Animator

Peran Perempuan dalam Perjuangan Sejarah

Ditulis Oleh Rizky Hadi*

Sejarah hari perempuan internasional sejatinya tidak dapat terlepas dari peran perempuan dalam memperoleh hak-haknya yang selama ini direnggut oleh system kapitalisme, dimana di system kapitalisme tersebut membuat tidak adanya emansipasi, perbedaan hak antara laki-laki dan perempuan, dan membentuk budaya patriarki. Perjuangan ini secara garis besar menuntut kesetaraan ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Perjuangan inipun tidak terlepas dari kondisi objektif yang menindas.

Sejarah perayaan perempuan tidaklah hanya eforia kaum perempuan dalam menuntut haknya dan kesetaraannya. Namun sejarah perempuan merupakan perjuangan kaum perempuan dalam merebut haknya yang dirampas.

Tidak ada pembebasan perempuan tanpa sosialisme, dan tidak ada sosialisme tanpa pembebasan perempuan. Gagasan tentang perayaan hari perempuan berkaitan dengan berkembangnya alat-alat produksi atau industri mengalami pergolakan dalam perkembangannya, sehingga represifitas terhadap buruh-buruh tidak terkecuali buruh perempuan, sering kali muncul. Dan ide-ide sosialis melatar belakangi sejarah pergerakan perempuan internasional tersebut.

Bermula pada demonstrasi tanggal 8 Maret 1857 oleh para buruh garment perempuan di New york, Amerika Serikat. Dimana mereka menentang kondisi tempat kerja yang tidak manusiawi dan upah yang rendah. tidak adanya hak cuti haid, dan melahirkan. Aksi tersebut berakhir dengan penyerangan polisi untuk membubarkan demonstran. Dan selang 2 tahun kemudian, dibulan maret para perempuan mendirikan serikat buruh sebagai upaya melindungi diri dan memperjuangkan beberapa hak dasar di tempat kerja.

Di tahun 1907, diadakannya permusyawaratan perempuan sosialis internasional yang pertama. Dimana gagasan tentang kesetaraan perempuan disegala bidang menjadi tema pokok dalam pertemuan itu.

Peringatan hari perempuan pertama kali di gagas oleh gerakan perempuan sosialis amerika serikat bersamaan dengan deklarasi Partai Sosialis AS, pada 28 Februari 1908, dengan demonstrasi besar-besaran menuntut hak pilih, hak berpolitik, dan hak ekonomi bagi perempuan. Dan tanggal 8 Maret 1908, sebanyak 15 ribu perempuan turun sepanjang kota new york dengan tuntutan diberlakukannya jam kerja yang lebih pendek, menuntut hak memilih dalam pemilu, dan menghentikan adanya pekerja di bawah umur. Dengan slogan "roti dan bunga” sebagai perlambang jaminan ekonomi, dan kesejahteraan hidup. Hingga Partai Sosialis AS mencanangkan hari minggu terakhir pada bulan februari untuk memperingati hari perempuan nasional.

Adalah Clara Zetkin, seorang aktivis hak-hak buruh perempuan dari anggota Partai Demokrat Sosialis Jerman, ialah orang yang memprakarsai hari perempuan Internasional. Dengan pidatonya pada Kongres Permusyawaratan Perempuan Sosialis Internasional kedua yang diikuti Partai Sosialis dari berbagai Negara. Dan pada tahun 1910 ia mengeluarkan resolusi untuk memproklamasikan 8 Maret sebagai hari perempuan internasional, dengan latar belakang demonstrasi tanggal 8 Maret 1908 di New York. Usul tersebut disambut hangat oleh 100 orang wakil-wakil organisasi perempuan dari 17 negara yang hadir. Dan untuk pertama kalinya hari perempuan internasional dirayakan di Negara-negara industri, seperti Jerman, Austria, Denmark, Finlandia, Swiss, dan AS, pada tahun 1911.

Penindasan terhadap buruh perempuan kerap kali berlangsung, dan tragedi pada tanggal 25 Maret 1911 menjadi gambaran tentang kondisi perempuan di tempat kerja. Kebakaran di New York yang mengakibatkan 140 buruh perempuan tewas, ini diakibatkan rendahnya jaminan keamanan. Tragedi ini berdampak besar terhadap direvisinya Undang-undang yang memberikan jaminan keamanan

Tahun 1914, di Jerman banyak pergolakan perempuan dalam menentang ancaman Perang Dunia 1, hingga berujung pada penangkapan tokoh perempuan yaitu Rosa Luxemburg. Kematian 2 juta tentara Rusia dalam peperangan, maka perempuan kembali melakukan aksi politik dengan melakukan mogok menuntut “roti dan perdamaian”. dalam aksinya perempuan tetap konsisten dalam memperjuangkan aspirasinya, walaupun para politisi menentang aksi tersebut.

Peran pekerja perempuan dalam menuntut haknya juga dilakukan pada tanggal 8 Maret 1917 di Russia, dibawah pimpinan Alexandra Kollontai, seorang feminis merah, dan buruh di pabrik. Adapun tuntutannya tentang perbaikan nasib dan tuntutan hak pilih bagi perempuan. Pemogokan yang dilakukan pekerja perempuan ini menyulut api perlawanan, sebab diikuti oleh kaum buruh dari pabrik-pabrik lainnya.

Tidak ada perjuangan yang sia-sia, kaum pekerja perempuan menuai hasil dari aksi politik yang ia lakukan di Rusia. selang empat hari kemudian, Tsar turun dari kursi kekuasaan dan pemerintahan sementara mengabulkan tuntutan hak pilih bagi perempuan. turunnya Tsar itu bertepatan dengan tanggal 8 Maret tahun 1917.

Pergolakan perlawanan perempuan semakin marak di belahan dunia, dan perlawanan itu tidak akan pernah berakhir sebelum penindasan kapitalisme masih berlanjut. Pencekalan terhadap memperingati hari perempuan sewaktu masa pemerintahan diktator Soeharto tidak menyurutkan pergolakan masa di saat sekarang.

*Penulis adalah anggota PRP Komite Kota Jakarta Raya dan anggota Jaringan Gerakan Mahasiswa (JGM)

 

About Me

Foto saya
disini tempat kami bermain, kami ingin leluasa mencari apa yang terjadi di sini. ingin bertanya sama tanta Google.... harap tidak membatasi kami....!

Pinda Ke Facebook

Recent Post

News & Update

Sign up to receive updates

Blogspot tutorial & Free Template.


Recent Coment

Powered by FeedBurner I heart FeedBurner